The Fact About buku sirah nabi untuk kanak-kanak That No One Is Suggesting
The Fact About buku sirah nabi untuk kanak-kanak That No One Is Suggesting
Blog Article
sebenarnya -bahkan dari sudut pandangan orang-orang Syi'ah yang moderat- bukan karena terpilihnya Abu Bakr, bukan pula karena Abu Bakr menyerahkan kepemimpinan langsung kepada Umar melainkan problema yang mulai muncul selama pemerintahan Umar yang menyaksikan perkembangan-perkembangan baru berupa orientasi politik, kecenderungan fanatisme suku dan ambisi-ambisi keduniaan dalam diri para pemimpin umat. Ketika Umar terbunuh persolan-persoalan tersebut semakin jelas karena cara yang digunakan untuk menangani kasusnya dalam pertemuan-pertemuan kelompok enam, jelas banyak memperlihatkan penganiayaan terhadap hak Ali sehingga kelahiran kelompok Hasyimiyah sebagai kekuatan politik tak dapat dibendung lagi. Maka secara perlahan-lahan semakin mengacu kepada kekuatan ideologis Syi'ah dengan segala dimensi dan levelnya yang tetap menjadi problematika besar umat dewasa ini. *** Dengan meninggalkan Ali ibn Abi Thalib bersama Al-Fadhl ibn Al-Abbas dan saudaranya Qathm ibn Al-Abbas sedang menyelesaikan persiapan pemakaman Rasulullah Abu Bakr dan Umar dengan bergegas beranjak menuju Tsaqifah sebelum terlambat. Mereka memandang bahwa persoalannya cukup serius dan berbahaya untuk dibiarkan berlarut-larut. Abu Bakr sebenarnya sudah cukup antisipatif menghadapi perkembangan ini. Ia telah memperhitugkan sebelumnya bahwa jika ada yang berambisi dalam persoalan ini maka orangnya adalah Sa'd ibn Ubadah ibn Duleim yang merupakan pembesar keluarga Ka'b ibn Al-Khazraj ibn Haritsah. Kelompok keluarga yang lebih banyak pengikutnya dan lebih kuat dibandingkan dengan kelompok keluarga bani Al-Najjar. Lebih dari itu Sa'd ibn 'Ubadah menempati posisi tinggi dalam Islam. Ia adalah tokoh perjanjian aqabah dan salah seorang anggota kelompok elit twelve yang terpilih baik dalam penjanjian aqabah maupun dalam piagam Madinah. Pejuang Badr yang legendaris dan termasuk orang-orang kaya di Madinah.
Akibatnya, tiada lagi tempat bagi pedagang kecil di Mekkah. Suatu ketika Muhammad merasa berkewajiban menegur Abu Jahal menyusul perlakuannya mengambil hak seorang pedagang kecil dengan cara paksa. Karena merasa segan, Abu Jahal kemudian mengembalikan hak sang pedagang. Perlu diketahui bahwa penampilan Muhmmad di samping keramahan dan kasih-sayangnya serta tidak senang kepada kekerasan, beliau juga bertubuh kekar dengan perawakan tegas dan penuh wibawa yang menimbulkan rasa segan pada diri kawan dan lawan. Sebenarnya, penolakan para pemimpin Qureisy terhadap Islam tidak disebabkan oleh karena mereka benci agama atau tidak senang kepada kebenaran tetapi karena mereka adalah elit masyarakat yang sedang menikmati segala keistimewaan yang ada. Meskipun masyarakat mengarah kepada kehancuran, namun mereka bahagia dengan kondisi yang ada, sedangkan Islam menawarkan perubahan secara radikal. Dalam konteks ini kita dapat mengerti sikap mental Abu Jahal. Ia tidak sebodoh dan sebrutal yang dibayangkan sementara orang, sebab Rasulullah bercita-cita kiranya Islam diperkuat oleh satu diantara tokoh-tokoh kuat pada saat itu; yakni Umar ibn Khattab, Abul Hakam Amr ibn Hisyam atau Abu Jahal. Bagaimana Rasulullah berpandangan demikian seandainya Abu Jahal bukan tokoh yang diperhitungkan?
Sejenak kita kembali menemani perjalanan Rasulullah dan balatentaranya di saat melewati IrqizZabiya yang belum begitu jauh meninggalkan Madinah, di mana beliau ditemui oleh seorang badui yang membawa berita mengenai kafilah. Sebuah informasi yang sebenarnya tidak begitu berharga. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan hingga tiba di Rouha pada malam Rabu pertengahan Ramadlan. Di sana beliau bermalam; dan pada pagi hari melanjutkan perjalanan melalui telaga Rouha yang banyak belokan. Mereka menamakan telaga tersebut dengan julukan telaga sagasig, mirip dengan kata zigzag dalam bahasa Eropa. Segera setelah melewati telaga dan semakin mendekati Badr, beliau menganjurkan kepada para sahabat untuk membatalkan puasa karena melihat ada kemungkinan perang, namun kaum muslim masih tetap melanjutkan puasa. Ketika tiba di lereng bukit beliau memilih tempat perkemahan pasukan dan mengajak sahabatnya berunding dan musyawarah untuk menentukan keputusan akhir. Di sini kita menyaksikan suatu pemandangan yang kurang menarik perhatian para penulis klasik akan makna dan kandungannya yang amat penting. Sewaktu pasukan berangkat dari Madinah, tujuan yang tertanam dalam benak mereka adalah mencegat dan menyerang kafilah. Ini berarti bahwa kemungkinan akan adanya perang jauh dari perhitungan mereka. Kemungkinan tersebut semakin nampak sehingga Rasulullah merasa perlu merundingkan situasi baru tersebut bersama para sahabat. Sekiranya bukan Muhammad pasti secara apriori sudah beranggapan bahwa para pengikut harus tunduk dan patuh melaksanakan kemauan pemimpinnya untuk bertempur. Tapi Rasulullah adalah demokrat sejati yang menghormati konstitusi. Beliau sangat memperhatikan perlunya memaparkan persoalan di hadapan jamaah untuk mereka diskusikan kemudian menyatakan pendapat masing-masing secara jelas, karena kepemimpinan adalah tanggung jawab besar dan jamaahlah yang selayaknya menentukan keputusan.
mempersilahkan setiap orang berbicara. Beliau mendengarkan setiap pembicaraan secara seksama. Apabila mereka telah mencapai kesepakatan, keputusan kemudian ditetapkan oleh beliau. Hal seperti itu beliau lakukan sewaktu merumuskan piagam Madinah yang seluruh pasalpasalnya didiskusikan dalam pertemuan terbuka. Dilakukan pula oleh beliau sewaktu mempersiapkan perang Badr, dan perang Uhud. Juga pada perang al-hudaibiyyah yang berakhir dengan perjanjian al-hudaibiyyah. Demikianlah tradisi Rasulullah selama ini. Umat adalah pemegang kekuasaan tertinggi menyangkut persoalanpersoalan keduniaan dan urusan politik yang merupakan kepentingan mereka. Rasulullah mendengarkan setiap perdebatan dan sesekali saja beliau mengarahkan lalu memutuskan pendapat yang disepakati. Tradisi inilah yang menjadikan umat Madinah sebagai masyarakat beriman yang merdeka, duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Beliau tidak pernah memperlakukan seseorang dengan perlakuan istimewa kecuali atas dasar-dasar kemampuan dan bakat-bakat keahliannya terutama kredibilitas keimanan. Sa'd ibn 'Ubadah yang segera akan memperoleh perlakuan 'keras' pada akhir pertemuan ini adalah orang yang paling dicintai Rasulullah. Tidak sekali saja beliau pernah memuji-muji dan mendo'akannya untuk senantiasa mendapat rahmat Allah. Ia sesungguhnya tidak mempunyai ambisi tetapi kaumnya yang memaksa. Tatkala Abu Bakr tiba dan bertanya kepadanya: bagaimana pendapatmu, Abu Tsabit? jawabnya: aku termasuk dalam golonganmu" (Al-Baladzari , vol. one/581). Dalam karya-karya Ibn Sa'd, Thabari dan Al-Baladzari terdapat kutipan yang hampir mencakup seluruh catatan (semacam notulen) pertemuan tersebut. Sebuah pertemuan yang menjadi kebanggaan umat Islam hasil didikan Rasulullah observed dan kelanjutan tradisinya. Hanya pada pertemuan ini yang menjadi peristiwa satu-satunya dalam sejarah umat Islam hingga abad modern dimana keputusan menentukan bagi kepentingan umat seluruhnya ditetapkan berdasarkan permusyawaratan murni, terbuka dan bebas.
Penulis telah melacak seluruh referensi mengenai penyakit terakhir yang menimpa Rasulullah dan tidak didapatkan satu beritapun yang menyinggung beliau bedo'a untuk sembuh. Yang beliau lakukan hanyalah memohon kepada Allah untuk meringankan beban sakarat al-maut dan menyatakan kerinduannya untuk kembali ke pangkuan ilahi. Sebagaimana diketahui dari berbagai sumber bahwa keadaan sadar dan tidak sadarkan diri silih berganti dialami Rasulullah sejak jatuh sakit hingga menghembuskan nafas terakhir. Menurut pendapat populer beliau wafat pada hari Senin tanggal twelve Rabiul Awal 11H yang bertepatan dengan seven Juni 632M. Tetapi setelah melakukan pengecekan didapatkan bahwa tanggal 12 Rabiul Awal 11H bukan hari Senin melainkan hari Ahad bertepatan dengan tanggal seven Juni 632M. Jika harus mengatakan bahwa Rasulullah wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal berarti beliau wafat pada hari Ahad, sedangkan jika ingin menetapkan hari wafatnya pada hari Senin berarti tanggal 13 Rabiul Awal 11H dan bukan hari Minggu. Sepanjang tradisi yang berlaku menetapkan bahwa beliau wafat sesuai dengan tanggal kelahirannya yaitu twelve Rabiul Awal maka beliau wafat pada hari Ahad (12 Rabiul Awal 11H) bukan hari Senin yang dalam hal ini bertepatan dengan 7 Juni dan bukan eight Juni 632M. Kondisi kesehatan Rasulullah semakin menurun selama dua atau tiga hari semenjak kembali ke rumah Aisyah -seperti telah disinggung di atas- dan selama itu menahan sakit dan bangkit mengimami shalat jika beliau merasa mampu. Bilamana tidak merasa mampu beliau meminta Abu Bakr menggantinya. Diperkirakan shalat terakhir beliau di mesjid pada hari Kamis tanggal 9 Rabiul Awal 11H dimana beliau menyampaikan pidato umum terakhir; pada kesempatan mana Al-Abbas menyampaikan protes kepada Rasulullah dan bertanya: mengapa harus menutup pintu orang-orang sementara yang lain dibuka? yang dijawab oleh Rasulullah dengan sabdanya: "wahai 'Abbas: urusan menutup dan membuka (pintu) bukan atas kehendakku".
naturally it is smart too, because the explanations do comprise gems and lessons. I feel the author need to have experienced Perception during which aspects he selected to summarize and which of them he chose to elucidate far more.
اعتمد الكاتب في دراسته منهجية بحثية وليست مجرد سرد لسيرة أو ترجمة لحياة وهذا أثر على حجم المادة المعروضة وكثافتها وان كان فيها من الاختصار فليس بالمخل وانما اختصار يدل عليه فهرس الكتاب قبل القراءة..
Memperjuangkan Islam berarti memperjuangkan suatu sistim yang menjamin kepentingan mereka sendiri. Kesadaran keislaman yang tinggi hanya dapat ditumbuh-kembangkan dengan membersihkan jiwa dan menjernihkan hati nurani, dan hal itu merupakan titik sentral ajaran dan pesan-pesan al-Qur'an. Di bawah bimbingan Rasulullah mereka melakukan pembersihan jiwa hingga nurani mereka bangkit menjadi daya kontrol setiap langkah dan perbuatan. Pada gilirannya menanamkan kesadaran bahwa kepentingan Islam adalah kepentingan mereka dan kemenangan Islam adalah kemenangan mereka secara bersama-sama. ***
Beliau berbicara tentang sirah dengan kecerdasan seorang pakar dan peneliti, serta dengan hati seorang pecinta yang sedang dimabukkan kerinduan. Ini adalah sebuah buku yang merangkai berbagai kitab sejarah dalam hal penulisan sirah. Penulisnya mengetahui tulisan tentang sejarah dalam buku-buku karya para ahli, baik masa lalu maupun masa kini, baik yang ditulis dengan bahasa Arab, bahasa Urdu, bahasa Persia maupun bahasa Inggris.
Sungguh ringkasan Sirah yang ditulisnya sebagai pengantar al-Isti'ab adalah kitab Sirah yang paling bernilai meskipun sangat basic. Hal yang sama berlaku bagi 'uyun al-atsar karya Ibnu Sidinnas. Barangkali, yang lebih layak dipercayai dalam hal ini adalah riwayat Imam Bukhari dalam kumpulan Hadis-hadis shahihnya yang merupakan induk segala buku Hadis dan buku sejarah yang menguraikan Sirah Rasulullah. Oleh sebab itu kita akan memilih salah satu riwayatnya yang lebih sesuai dengan logika sejarah, sebagai riwayat standar yang kita andalkan, selanjutnya dapat ditambah dari berbagai sumber untuk menyempurnakan gambaran yang akan kita jelaskan. Berikut riwayat Imam Bukhari berdasarkan isnad28nya dari Hisyam ibn 'Urwah dari ayahnya dari Aisyah RA. Hadis ini kami pilah-pilah menjadi beberapa paragraf untuk memudahkan analisis. “Berkata Aisyah RA. : 1. Pertama kali Rasulullah berhubungan dengan wahyu melalui mimpi benar dan nyata ibarat menyaksikan fajar menyingsing; 2. Kemudian beliau merasa senang melakukan khalwat (menyendiri) selama berhari-hari di Gua Hira hingga perbekalannya habis, lalu kembali ke Khadijah mengambil bekal untuk hari-hari berikutnya; 3. Sedang berada di Gua Hira kebenaran datang kepadanya berupa malaikat yang menyuruhnya membaca. Beliau bersabda:“Jawabku, bukanlah aku seorang pembaca”. Beliau bersabda: “malaikat itu merangkul dan memeluk tubuhku hingga merasa tak berdaya, kemudian melepasakan dan menyuruh membaca, aku jawab: “bukanlah aku seorang pembaca”, lalu malaikat itu merangkul dan memelukku lagi seperti semula hingga merasa tak berdaya, kemudian melepaskan dan menyuruh aku membaca; “aku 28
Jika Muhammad sendiri sampai saat dan detik itu belum terlintas dalam benaknya bahwa beliau akan menjadi Nabi, bagaimana mungkin terbetik dalam benak Khadijah? Kemudian apakah gerangan yang membangkitkan bisikan hatinya? Apakah ada dalam dialognya dengan Muhammad yang menunjukkan hal itu? Pertanyaan yang bernada kritik ini sengaja kami ajukan untuk lebih memperdalam kesan bahwa kita harus sangat berhati-hati dalam memilih kata-kata yang digunakan untuk menguraikan sejarah hidup Rasulullah. Susunan kata yang memperhatikan gaya sastra nan indah hanyalah akan mengaburkan masalah dan menghalangi kita memahami dan mencerna susbtansi sejarah. Pemahaman itu sendiri akan jauh lebih indah dan lebih mengena dari pada memilih gaya bahasa sastra, apatah lagi jikalau gayanya cuma merupakan ciplakan dan cuplikan dari tulisan seorang orientalis Perancis seperti Emile Dermenghem. Dalam volume II buku Tarikh al-Islam karya Muhammad ibn Ahmad ibn Utsman az-Dzahaby tercatat pengakuan Musa ibn ‘Uqba dalam bukunya, al-magazy bahwa ketika Rasulullah merasakan beban berat dari mimpi-mimpinya dan menceritakannya kepada Khadijah, Allah SWT melapangkan dadanya dan memeliharanya dari sikap ingkar sehingga ia menenangkan suaminya dengan mengatakan "suatu tanda kebaikan". Kemudian beliau menceritakan bahwa dadanya dibelah lalu dicuci, dibersihkan dan ditutup kembali seperti sedia kala, ia berkata "ini betul-betul pertanda kebaikan, maka bergembiralah". Pernyataan 'Uqbah yang menegaskan bahwa Allah melapangkan dada Khadijah untuk percaya dan memeliharanya dari sikap ingkar 36
5. PERSIAPAN YANG CERMAT DAN MOBILISASI. Catatan sejarah cukup banyak mengenai peristiwa perang Badr. Tapi cerita-cerita di sekitarnya jauh lebih melimpah. Barangkali karena bercerita mengenai suatu kemenangan yang pertama kali diperoleh secara gemilang oleh Islam, yang menyebabkan kekuatan umat Islam semakin mantap, menghantarkan perjuangan Islam ke arah keberhasilan dalam mengalahkan kekuatan syirik, kebodohan, kelaliman lawan-lawan Islam, para pemimpin Mekkah. Dalam menjalani cobaan, krisis dan tantangan-tantangan dewasa ini, bangsa Arab dan umat Islam berusaha mendapatkan motivasi dan semangat juang dari kenangan-kenangan indah masa lalu. Di antaranya yang paling penting ialah peristiwa perang Badr yang hebat. Hebat karena kandungan sejarahnya dan karena yang memimpin adalah Rasulullah SAW; yang memberikan pelajaran sangat berharga tentang bagaimana memenangkan perang dengan kekuatan iman, kejujuran, semangat pengorbanan dan kepemimpinan yang baik. Ia juga hebat karena Al-Qur'an banyak menyinggung perihalnya. Ada rasa bangga yang membuat para sejarawan kita larut dalam suasana emosional mengisahkan kepahlawanan kaum muslim, yang pada gilirannya mengakibatkan kaburnya substansi sejarah, yang justeru amat diperlukan oleh peneliti sejarah demi memperjelas aspek-aspek penting buku biografi nabi muhammad pada peristiwa yang agung ini. Cerita-cerita kepahlawanan, walaupun penting, hanya akan mengalihkan perhatian dari garis besar perang, menghalangi kejelasan makna yang terkandung dalam tahap-tahap jalannya pertempuran, padahal peperangan adalah pengalaman dan pelajaran, sebagaimana perdamaian adalah pengalaman dan pelajaran. Dan sesungguhnya Rasulullah adalah soko Expert yang ulung bagi ummat ini karena itu Allah menamakan beliau dengan julukan pemberi petunjuk dan pelita yang terang benderang.
Perlu diperhatikan di sini bahwa Rasulullah selalu berusaha menjadi pemrakarsa pertama dengan langkah antisipasinya yang lebih cepat. Kepribadian beliau sama sekali bertentangan dengan sikap-sikap reaksionil yang menunggu sesuatu terjadi baru mengambil tindakan. Beliau segera mengutus ekspedisi nakhla dengan tujuan ingin meguji kekuatan Mekkah dan reaksinya. Dalam operasi tersebut beliau mempersiapkan personil dan komandan pasukan yang terbaik dengan menunjuk Abdullah ibn Gahsy, seorang yang dikenal sangat disiplin di antara pemuka-pemuka sahabat, sebagai komandannya. Penunjukannya berjalan sangat resmi dan tegas. Selepas shalat Isya beliau memanggil Abdullah ibn Gahsy dan membisikkan: “Datanglah shalat subuh dengan senjata lengkap, aku akan mengutusmu untuk suatu misi”. Setelah shalat subuh, ia mendahului ke kediaman Rasulullah, dan setibanya beliau segera memanggil sekretarisnya, Ubay ibn Ka'b untuk menulis surat perintah yang berbunyi sebagai berikut: “penulis menunjuk saudara sebagai komandan pasukan dan setelah berjalan dua malam, bukalah surat ini, selanjutnya laksanakan isinya”. Bertanya Abdullah ibn Gahsy: “Kearah mana kami wahai Rasulullah?” Jawab beliau:”Ke arah Rukbah al-Najdiyah”. Orientalis Amerika, Mardson Johons, yang mempublikasikan naskah lengkap Al-Waqidi membacanya Rakibbah, dan pada catatan kaki tulisannya ia menafsirkan Rakibbah sebagai suatu sumur, padahal tidak demikian kenyataannya. Yang benar adalah Rukbah, yaitu salah satu bukit di sebelah timur laut dari arah Mekkah yang namanya masih dikenal sampai sekarang, sedangkan al-najdiyah adalah jalur perdagangan Mekkah-Iraq melewati Nejd yang juga masih tetap terpelihara sampai sekarang, walupun dengan ganti nama jalur Zubeidah, mengabadikan nama permaisuri Raja Harun Al-Rasyid yang bernama Zubeidah, yang dikenal sangat memperhatikan perbaikan dan pemeliharaan jalur niaga tersebut berikut sumber mata air yang ada di sekitarnya.
tubuh Rasulullah terbaring dan tertutupi kain hitam dikelilingi ibu-ibu yang sedang menangis histeri. Padahal hingga saat itu sudah berlalu lebih dari 24 jam Rasulullah menghembuskan nafas terakhir pada saat mana sedang musim panas dan udara lembab. Al-Abbas ingin mengalihkan perhatian orang kepada apa yang dianggapnya menguntungkan baginya dan bagi keluarganya karena ia yakin sepenuhnya bahwa persoalan yang ada bukan persoalan wafatnya Rasulullah melainkan pasca-wafatnya beliau. Bagi Al-Abbas Rasulullah sudah pergi dan tak akan kembali lagi sedangkan Ali ibn Abi Thalib dalam kebingungan. Ia merasa tidak perlu terlalu memikirkan masa pasca Rasulullah karena ia adalah menantu, sepupu, sahabat dan pahlawan Rasulullah yang par exceptional. Kemudian 'sesuatu' yang amat jelas bagi Al-Abbas dan lebih jelas lagi bagi Abu Bakr tidak begitu jelas dalam persepsi Ali. Muhammad adalah Rasul pilihan Allah, pembawa petunjuk dan penerang jalan di mana umat seluruhnya bersatu di sekitarnya dan memperoleh inspirasi serta semangat kekuatan dari padanya. Apakah yang akan terjadi sepeninggal beliau? Adakah orang yang mampu mengganti posisi Rasulullah tersebut? Jika umat ini harus memiliki pemimpin yang dapat membimbing mereka ke jalan yang lurus sebagaimana yang telah digariskan Rasulullah maka tiada lain kecuali dia (Ali) karena siapakah di antara sahabat yang berani maju mencalonkan diri sebagai rivalnya? Persoalan kurang begitu jelas dalam pandangannya. Ali termasuk salah satu kelompok terbaik yang atas petunjuk Rasulullah merupakan konsultan dalam mengatur jalannya kehidupan umat. Apakah yang akan terjadi setelah Rasulullah pergi? Tentu kelompok elit tersebut tetap akan menjalankan tugas dan tanggung-jawabnya.
Report this page